Dia hebat juga ya.
Ga nangis sama sekali selama beraktivitas normal.
Tapi ketika sedang sendiri, ditemani hembusan angin yang membisik, dalam pengapnya kamar mandi yang sempit, menarik gravitasi jatuh si air di mata.
.
.
.
.
7 Maret, kala itu... Jika saja dia tak melihatnya, jika saja tak dia tekan ikon instagram, jika tak dia ketik 3 kata mematikan.... Semua tidak akan serumit ini.
.
3 minggu setelah 7 Maret 2019. Ceria nya lenyap, mata nya berkaca kaca, perutnya kejang, nafsu nya hilang, konsentrasi buyar.
Ada apa ini?
Hati nurani menolak untuk bersikap lemah seperti ini. Rasionalitas terus mengingatkan "Ayo ! Itu kepentingan umat banyak yang belum diurus." "Ibadah, yuk. Dzikir juga ya." sejenak aktivitas itu membuat dia tak acuh dengan sikap lemah nya sebelumnya.
Tapi mood bisa terbang dengan cepat, bagaikan kilat yang disusul guntur, dejavu dan rasa rindu kembali memanggil sikap lemah itu.... Menangis, terdiam, mengenang... Ugh ini lemah banget.
Ini bukan Dia yang biasanya tau. Nah justru itu, kok bisa bisanya dia bersikap seaneh ini. Menyebalkan.
Dia berdialog satu arah dengan dirinya yang lain.
Beginj, Dia sangat menghormati dan mendukung keinginan atas suatu pencapaian dan cita-cita . Apa yang menghambat proses pencapaian itu? Mau diputus rantai masalahnya? Silahkan.
Tapi jangan putus perasaan nya.
.
Jangan mengeluarkan Dia dari circle kehidupan Anda. Bukankah lebih baik bagi Dia untuk tetap dukung kamu, kamu dukung dia. Ingat bagaimana keinginan2 kuat dulu yang penuh keseriusan membuai manis impian dia.
Untuk sekarang Jalani saja. Sebagaimana orang yang tidak berpacaran tapi saling support.
Atau memang tidak sayang lalu menendang keluar?
Dia ingin menghargai keinginan dan harapan Anda tentang pencapaian hidup.
Tapi jangan buat Dia curiga bahwa Anda bisa mengulangi khilaf lagi untuk memulai hubungan baru, dengan orang baru.
Dia tidak mau ini terulang, lebih tepatnya Anda gak akan menjalin hubungan kalau masih sayang, tidak akan menendang keluar. Tidak masalah dengan strategi mengurus 'hubungan 'dan aktivitas yang menghambat cita-cita.
Tapi
Berhari setelah 28 Maret, Dia kembali melihat matanya berkaca-kaca. Maaf Tuhan, tapi sedalam itu kah aku menginginkannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa kritik dan saran dari saudara untuk blog ini.
HWAITING!